WELCOME AT KODOKIJO

Berbagi apa saja untuk siapa saja. semoga bermanfaat

Jumat, 20 Januari 2012

ANALISIS DAMPAK BERUBAHNYA LAHAN SAWAH MENJADI PUSAT PERBELANJAAN DAN PERUMAHAN


BAB I
PENDAHULUAN

Pada umumnya manusia bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya yaitu berupa sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari. Sumber daya alam yang utama bagi manusia adalah tanah, air, dan udara. Tanah merupakan tempat manusia untuk melakukan berbagai kegiatan. Air sangat diperlukan oleh manusia sebagai komponen terbesar dari tubuh manusia. Untuk menjaga keseimbangan, air sangat dibutuhkan dengan jumlah yang cukup banyak dan memiliki kualitas yang baik. Selain itu, udara merupakan sumber oksigen yang alami bagi pernafasan manusia. Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila manusia dan lingkungannya dalam kondisi yang baik. Lingkungan hidup di Indonesia perlu ditangani dikarenakan adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satunya yaitu adanya masalah mengenai keadaan lingkungan hidup seperti kemerosotan atau degradasi yang terjadi di berbagai daerah. Secara garis besar komponen lingkungan dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok biotik (flora darat dan air, fauna darat dan air), kelompok abiotik ( sawah, air dan udara) dan kelompok kultur (ekonomi, sosial, budaya serta kesehatan masyarakat).
Kekhawatiran yang sering mengemuka seiring semakin meningkatnya laju alih guna sawah kepenggunaan non pertanian adalah masalah menurunnya ketahanan pangan Indonesia. Sangat beralasan karena setelah swasembada beras pada tahun 1984, impor beras cenderung meningkat dan beberapa tahun terakhir indonesia menjadi negara importir beras tertinggi di dunia.
Namun selain masalah ketahanan pangan yang menjadi dampak besar akibat beralihnya fungsi lahan sawah, ada hal lain lagi yang menjadi dampaknya. Tidak banyak yang menyadari bahwa kerusakan lingkungan ikut terjadi. Peningkatan banjir dan sedimentasi terjadi akibat alih guna lahan persawahan menjadi perumahan dan pusat perbelanjaan.
Perubahan ekosistem lingkungan yang paling utama disebabkan oleh perilaku masyarakat yang kurang baik dalam pemanfaatan sumber-sumber daya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, salah satunya dengan merubah fungsi persawahan menjadi perumahan dan pusat perbelanjaan. Hal inilah yang menyebabkan adanya perubahan ekosistem. Perubahan ekosistem suatu lingkungan terjadi dengan adanya kegiatan masyarakat seperti pemanfaatan lahan yang dijadikan sebagai daerah perumahan dan pusat perbelanjaan sehingga dapat mengurangi luas lahan lainnya. Adanya pertambahan jumlah penduduk dalam memanfaatkan lingkungan akan membawa dampak bagi mata rantai yang ada dalam suatu ekosistem.




BAB II
LANDASAN TEORI

Ekonomi SDA dan lingkungan adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang ada disekitar alam lingkungan hidup kita. Sumber daya alam bisa berada dimana saja seperti didalam tanah, air, permukaan tanah, udara dll.
Lingkungan biotik adalah segala makhluk hidup mulai dari organisme yang tidak kasatmata sampai pada hewan dan vegetasi raksasa yang terdapat dipermukaan bumi.Sedangkan lingkungan abiotik merupakan segala segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup yang bukan berupa organisme.Adanya keinginan untuk mencapai sasaran pembangunan yang ideal ialah membntuk manusia Indonesia seutuhnya secara material dan spiritual. Setiap pembangunan perlu mengkaji komponen yang meliputi komponen biotik, abiotik dan kultur yaitu sebagai berikut:

1.      Pembangunan berwawasan lingkungan
Merupakan pengelolaan sumber daya sebaik mungkin dengan pembangunan yang berkesinambungan serta peningkatan terhadap mutu hidup masyarakat. Sasaran pembangunan yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan pembangunan dapat menimbulkan pengaruh yang cukup besar terhadap lingkungan.Kegiatan tersebut dapat bersifat secara alamiah, kimia maupun secara fisik.
2.      Kualitas Lingkungan hidup
Yaitu dengan memperhatikan kondisi lingkungan hidup sekitar yang berhubungandengan mutu hidup. Kualitas hidup dapat ditentukan oleh tiga komponen utama yaituterpenuhinya kebutuhan untuk kelangsungan hidup hayati, terpenuhinya kebutuhan untuk kelangsungan hidup manusiawi dan terpenuhinya kebebasan untuk memilih. Lingkungan harus dijaga agar dapat mendukung terhadap kualitas berupa tingkat hidup masyarakatyang lebih tinggi. Lingkungan mempunyai kemampuan untuk menghasilkan sumber dayaserta mengurangi zat pencemaran dan ketegangan sosial terbatas. Batas kemampuan itudisebut daya dukung. Dalam Undang-Undang Lingkungan Hidup, daya dukunglingkungan ialah kemampuan suatu lingkungan untuk mendukung peri kehidupanmanusia dan makhluk hidup lainnya.


BAB III
PEMBAHASAN

A.    SITUASI
100 hektar sawah direncanakan untuk dikeringkan dan dirubah menjadi perumahan dan pusat perbelanjaan. Sawah tersebut selama ini menghasilkan rata-rata  8 ton gabah kering/hektarsetiap satu kali panen, dengan dua kali panen/tahun. Harga gabah kering adalah Rp 3 juta/ton. Sawah tersebut juga menghidupi 200 buruh taniyang dimungkinkan akan kehilangan pekejaan kalau lahan sawah dikeringkan.
Sedangkan pembangunan perumahan dan pusat perbelanjaan  memerlukan biaya Rp 100 milyar dan dalam masa pembangunan dapat menampung tenaga kerja sebanyak 300 orangselama 300 hari kerja. Dikemudian hari diharapkan lokasi tersebut  menjadi pusat kegiatan ekonomi baru, perumahan, perbelanjaan dan berbagai pusat pelayanan masyarakat.

B.       ANALISIS EKONOMI
1)      Analisis Pertanian
Hasil pertanian yang diperoleh dari lahan seluas 100 hektar:
8 ton x 100 x 2                 = 1.600 ton
1.600 x 3.000.000            = 4.800.000
Sedangkan pendapatan yang diperoleh buruh tani, dimisalkan selama satu kali musim tanam  mendapatkan sebesar Rp 500.000.
Maka upah yang didapat selama satu tahun adalah:
Rp 500.000 x 2 x 200 = Rp 200.000.000
Sedangkan dimisalkan biaya yang dikeluarkan untuk produksi dari pra panen sampai paska panen adalah 2.500.000 / hektar, maka selama satu tahun dengan luas lahan 100 hektar dikeluarkan biaya sebesar :
Rp 2.500.000 x 2 x 100 = Rp 500.000.000
Total biaya produksi yang dileluarkan untuk 100 hektar selama satu tahun adalah:
Rp 200.000.000 + Rp 500.000.000 = Rp 700.000.000
Pajak Rp 1.500.000/ hektar,pajak untuk 100 hektar adalah:
=Rp 1.500.000 x 100 = Rp 150.000.000
Total pendapatan :
NR           = TR – TC
                 = Rp 4.800.000.000 – (Rp 700.000.000 + Rp 150.000.000)
                 = Rp 3.950.000.000
Hasil diatas didapat selama satu tahun. Jika dikondisikan penerimaan selam 10 tahun  dengan harga gabah kering Rp 3 juta/ton, maka penerimaan yang diperoleh dari hasil pertanian adalah:
Rp 3.950.000.000 x 10 = Rp 39.500.000.000
2)      Analisis Pembangunan  Perumahan dan Pusat Perbelanjaan
Modal/biaya = Rp 100 milyar
Upah tenega kerja;
Dalam satu hari kerja mendapat upah sebesar Rp 50.000/0rang , maka total upah tenaga kerja adalah:
Rp 50.000 x 300 x 300 = Rp 4.500.000
 Tanah seluas 100 hektar tersebut direncanakan  akan dibangun 1500 unit rumah dan 500 unit ruko.
Harga jual satu unit rumah Rp 300,000.000
Harga jual satu unit ruko Rp 5.000.000.000
Dimisalkan semua unit dan ruko terjual  pada tahun pertama, dengan ketentuan sebagai berikut:
a.       Cicilan perbulan untuk kredit kepemilikan rumah sebesar Rp 2.500.000.
b.       Cicilan perbulan untuk kredit kepemilikan ruko sebesar Rp 5.000.000.
c.       Pembayaran boking fee dilakukan pada tahun ke 0.
d.      Pembayaran cicilan dilakukan mulai pada bulan pertama  dan kredit berlangsung 10 tahun.
Dari kondisi diatas dapat dihitung penerimaan sebagai berikut:
§  Penerimaan yang diterima pertahun  dari pembayan kredit dan kepemilikan rumah dan ruko :
Kredit rumah        :
Rp 2.500.000 x 12 x 1.500 =       Rp 45.000.000,000
Kredit ruko          :
Rp 5.000.000 x 12 x 500 =          Rp 30.000.000.000
Jadi  total keduanya :
Rp 45.000.000.000 + Rp 30.000.000.000 = Rp 75.000.000.000
§  Maka total penerimaan selama 10 tahun adalah :
Rp 75.000.000.000 x 10  = Rp 750.000.000.000
                        Total pendapatan:
Penerimaan – modal
Rp 750.000.000.000 – Rp 100.000.000.000   = Rp 650.000.000

3)      Analisis Kriteria Investasi
Dalam mengukur atau menilai suatu proyek yang akan dilaksanakan, terdapat kriteria yang digunakan. Antara lain dengan menggunakan metode Net Present Value (VPV) yaitu selisih antara benefit dengan cost yang elah di present valuekan.
Kriteria ini mengatakan bahwa proyek yang akan dipilih apabila NPV>0. Semakin besar angka NPV maka proyek akan semakin layak dijlankan. Dalam perhitungan NPV dapat dihitung Gross Ratio dan Net B/C Ratio.
                                    Dimisalkan discount faktornya 10 %,maka dapat dihitung sebagai berikut:
Tabel 1. Perhitungan NPV pertanian (perhitungan dalam jutaan rupiah)
thn
Kapital
(K)
Cost
(C)
Benefit
(B)
Discount Factor10%
Discounted
K
C
B
NB=B-C-K
0
150
700
39.500
1
150,00
700,00
0.00
-850,00
1
150
700
39.500
0,909
136,35
636,30
35.905,50
35.135,85
2
150
700
39.500
0,826
123,90
578,20
32.627,85
31.924,90
3
150
700
39.500
0,751
112,65
525,70
29.664,50
29.026,15
4
150
700
39.500
0,683
102.45
478.10
26.978,50
26.397,95
5
150
700
39.500
0,621
93,15
434,70
24,529,50
24.001,65
6
150
700
39.500
0,564
84,60
394,80
22.278,00
21.798,60
7
150
700
39.500
0,513
76,95
359,10
20.263,50
19.827,45
8
150
700
39.500
0,467
70,05
326,90
18.446,50
18.049,55
9
150
700
39.500
0,424
63,60
296,80
16.748,00
16.387,60
10
150
700
39.500
0,386
57,90
270,20
15.247,00
14.918,90
total




1.071,60
5.000,8
242.688,0
236.615,6

NPVnya adalah 12.810,16
            Gross B/ Ratio            = =
                              =  = 39,37 
            Net B/C Ratio =
=  = 279,37
Tabel 2. Perhitungan NPV pembangunan perumahan dan pusat perbelanjaan  (perhitungan dalam jutaan rupiah)
thn
Kapital
(K)
Cost
(C)
Discount Factor10%
Discounted
K
C
B
NB=B-C-K
0
100.000
4.500
1
100.000
4500

-104.500
1


0,909


68.175
68.175
2


0,826


61.950
61.950
3


0,751


57.325
57.325
4


0,683


51.225
51.225
5


0,621


46.575
46.575
6


0,564


42.300
42.300
7


0,513


38.475
38.475
8


0,467


35.025
35.025
9


0,424


31.800
31.800
10


0,386


28950
28950
total



100,000
4.500
460.800
356.300

NPVnya adalah 356,3
Gross B/ Ratio     = =
                                        =  = 4,41    
                        Net B/C Ratio =
=  = 4,41

C.    Analisis Lingkungan

1.      Kesempatan Kerja Petani Yang Hilang Akibatnya Hilangnya Lahan Sawah
Beralih fungsinya lahan sawah menjadi perumahan ataupun pusat perbelanjaan secara tidak langsung akan merusak roda perekonomian para petani. Hal ini disebabkan karena para petani telah kehilangan lahan garapannya yang berarti juga telah kehilangan pendapatannya.
Para petani umumnya tidak memiliki kemampuan yang tinggi atau dalam kata lain relatif dapat dikatakan rendah. Ketidak mampuan para petani inilah yang menjadi penghambat para petani untuk membaur ataupun menerima suatu lingkungan baru dimana lingkungan tersebut mengharuskan seseorang bersaing tidak hanya dengan tenaga tapi juga dengan kemampuan berfikir yang lebih maju sehingga dapat lebih memberikan keuntungan terhadap orang itu sendiri.
Para petani ini dihadapkan dengan keadaan yang mengharuskan adanya persaingan. Persaingan di lingkungan baru inilah yang menyebabkan para petani kehilangan kesempatan kerja. Minimnya ilmu dan wawasan dibidang lain merupakan penyebab utamanya, penyebab lainnya adalah kurangnya informasi tentang hal-hal lain selain tentang pertanian.
2.      Keuntungan Dari Pembangunan Perumahan Dan Pusat Perbelanjaan.
Pembangunan suatu  perumahan akan menyerap banyak pendatang. Hal ini akan memberikan dampak positif diantaranya adalah bertambahnya pemasukan daerah dari pajak-pajak bangunan. Dari pembangunan perumahan ini pula akan timbul aktivitas – aktivitas perekonomian yang dapat pula menambah pemasukan daerah.
Kehadiran pusat perbelanjaan pun akan dapat memberikan dampak yang positif, diantaranya tumbuhnya kegiatan perekonomian serta dapat menyerap tenaga-tenaga kerja baru sehingga dapat membantu menyediakan kesempatan kerja untuk para warga sekitar, sehingga dapat mengangkat taraf kehidupan masyarakat yang membutuhkan.
Keuntungan dari pembangunan perumahan dan pusat perbelanjaan yang lainnya adalah mulai memicu kemandirian daerah dalam menciptakan kondisi perekonomian yang lebih baik, berdasarkan preferensi dan kebutuhan masyarakatnya. Pusat perbelanjaan ini pun dapat menjadi sumber keunggulan dalam menghadapi persaingan global, serta mendorong kemandirian pembangunan daerah tersebut.

3.      Dampak Lingkungan Dari Hilangnya Sawah
Jika lahan persawahan dialih fungsikan menjadi perumahan dan pusat perbelanjaan, maka akan sangat berimbas terhadap pendapatan para petani. Karena dapat dipastikan para petani tersebut akan kehilangan lahan garapannya yang telah dialih fungsikan.
Fungsi lahan persawahan tersebut adalah sebagai Mitigasi yaitu sebuah kemampuan mengalirkan air kedaerah hilir secara perlahan sehingga volume air aliran permukaan akan menurun dan intensitas serta frekuensi banjir di daerah hilir berkurang. Mitigasi air dapat dinilai melalui interpretasi data jangka panjang debit air sungai, statistik peristiwa banjir atau penentuan retensi air (KRA). Jumlah sedimen yang dihasilkan dari persawahan 1600 ton melebihi dengan sedimen yang dihasilkan dari DAS yang didominasi oleh hutan.

4.      Dampak Lingkungan Fisik Dan Sosial Dari Pembangunan Perumahan Dan Pusat Perbelanjaan.
Dibalik berbagai peningkatan dampak positif keberhasilan pembangunan perumahan pengembangan sarana dan prasarana fisik dan non fisik masih harus mendapat perhatian yang lebih jauh dari semua pihak, antara lain kepada:
1.      Pendidikan, pelatihan, bimbingan dan penyuluhan-penyuluhan yang terorganisir yang dilakukan dengan cara tidak menyita waktu kerja.
2.      Perlu dilakukan peningkatan volume kegiatan dengan merubah bentuk kegiatan dengan pola kemitraan sehingga pendapatan nelayan secara tidak langsung meningkat.
3.      Peningkatan pelayanan kesehatan baik di puskesmas maupun di BKIA (Balai
Kesehatan Ibu dan Anak) dan Posyandu.
4.      Untuk mengurangi setengah pengangguran maka perlu diadakannya pendayagunaan angkatan kerja dengan berbagai kegiatan pendidikannya untuk menciptakan tenaga terampil yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Disamping itu perlu ditingkatkan volume kegiatan keterampilan bagi ibu-ibu dalam upaya menciptakan tambahan pendapatan keluarga.
5.      Menyesuaikan bentuk bantuan yang akan diberikan kepada masyarakat sesuai dengan kondisi alam dan lingkungan, serta selalu melakukan pemantauan terhadap bantuan yang telah diberikan tersebut.
6.      Memperbanyak sarana sumber modal yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya dengan fasilitas yang terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat.
Bila hal-hal tersebut di atas dapat dilaksanakan, diharapkan para petani dan buruh sawah ini akan mampu bertahan meskipun lahan sawah telah berubah fungsi menjadi perumahan dan pusat perbelanjaan.

5.      Aspek Lain Yang Merupakan Dampak Penting Dari Hilangnya Lahan Sawah Dan Terbangunnya Perumahan Serta Pusat Perbelanjaan.
Aspek lain yang menjadi dampak penting dari hilangnya sawah dan terbangunya perumahan dan pusat perbelanjaan adalah menurunnya jumlah penduduk miskin, serta terciptanya lapangan kerja yang mampu mengurangi pengangguran terbuka dengan didukung oleh stabilitas ekonomi yang tetap terjaga dengan prioritas antara lain penanggulangan kemiskinan, peningkatan investasi dan ekspor non migas, peningkatan daya saing industri manufaktur, revitalisasi pertanian, pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah.
Dari segi kependudukan maka suatu daerah akan semakin bertambah penduduknya dikarenakan adanya perpindahan penduduk yang akan menempati perumahan yang baru dibangun, apalagi jika itu didukung dengan fasilitas seta mudah dijangkaunya lokasi dari berbagai tempat atau dalam kata lain strategis. Hal ini juga akan menguntungkan suatu daerah yang dituju maupun daerah yang ditinggalkan. Namun segi negatifnya pun akan tercipta, yaitu daya saing yang akan meningkat antara pendatang dan warga asli, daya saing ini sebenarnya tidak imbang karena biasanya penduduk pendatang lebih memiliki wawasan yang luas dibanding dengan masyarakat aslinya.
Apabila dilihat dari segi ekonomi dapat dipastikan perekonomian di daerah baru ini atau pusat perbelanjaan baru ini lebih maju, karena ada kegiatan perekonomian, hal ini akan memberikan masukan terhadap pemerintah.
Keserasian lingkungan merupakan proses pembentukan lingkungan yang sifatnya relatif sama dengan pembentukan lingkungan. Pengelolaan sumber daya alam agar berkelanjutan perlu diadakannya pelestarian terhadap lingkungan tanpa menghambat kemajuan perekonomian, sebaiknya harus ada keseimbangan agar lingkungan tetap dapat menjalankan fungsinya dengan baik.


BAB IV
PENUTUP
Kita tahu bahwa pencetakan sawah memerlukan biaya yang tinggi, namun ironisnya alih guna lahan pertanian justru terjadi pada lahan sawah yang mempunyai produktivitas tinggi. Hal ini menunjukkan rendahnya koordinasi dan ketaantan terhadap rencana tata ruang dan wilayah dalam memberikan perizinan penggunaan lahan untuk bangunan.
Lahan sawah utama adalah lahan sawah yang produktivitasnya tinggi ( 4,5 ton gabah / hektar ) dan infrastuktur penunjang persawahan yang relatif lengkap, sehingga direkomendasikan  untuk dipertahankan sebagai lahan sawah.
Jika beberapa petak sawah telah dialih fungsikan menjadi perumahan dan pusat perbelanjaan, maka yang terkena dampaknya tidak hanya petak-petak sawah tersebet. Petak-petak sawah disekitarnya pun akan terkena imbasnya. Karena tersendatnya saluran irigasi dan kemungkinan terjadinya pembuangan limbah (dari perumahan maupun dari industri dalam hal ini adalah limbah dari pusat perbelanjaan).
Disamping banyaknya disinsentif sosial ekonomi lainnya dalam bertani. Apabila sawah telah beralih fungsi menjadi lahan non pertanian, maka jasa lingkungan dan jasa ketahanan yang semula dapat disumbangkan menjadi hilang atau berkurang secara signifikan. Hilangnya kedua bentuk jasa ini akan dapat mendatangkan bencana yang kerugiannya tidak dapat dinilai dengan uang.



DAFTAR PUSTAKA
Watung, R.L., S.H. Tala’ohu, dan F. Agus. 2002. Fungsi Lahan Sawah dalam
Preservasi Air. hal 149-157. Dalam Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konservasi Lahan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pegembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Sumaryanto, S. Friyatno, da B. Irawan. 2001. Konversi Lahan Sawah ke
Penggunaan Nonpertanian dan Dampak Negatifnya. Hal 1-18. Dalam Prosiding Seminar Nasional Multifungsi Lahan Sawah. Bogor, 1 Mei 2001. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar